Rabu, 31 Oktober 2018

Boeing 737 Max 8 dari awal sudah masalah Mesin, sempat di hentikan uji terbang

#PrayLionAirJT610 #Jakarta_CGK_PangkalPinang_PGK


Penerbangan Lion Air JT-610 Boeing 737 Max 8 berakhir di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin,(29/10/2018) pagi kemarin. Pesawat seumur jagung ini tumbang setelah 13 menit lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta, pukul 06:10. Pesawat jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” (sekitar Kerawang). Burung besi ini baru mengantongi 800 jam terbang dan mulai beroperasi pada Agustus 2018. Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Pramintohadi Soekarno mengatakan, pesawat ini mengantong certificate of registration mulai 15 Agustus 2018 dan expired pada 14 Agustus 2021.
Sebagai pabrikan 737, Boeing menyatakan, 737 MAX menjadi pesawat dengan penjualan tercepat sepanjang sejarah perusahaan ini. Total Boeing menerima order sekitar 4.700 unit dari 100 konsumen dari seluruh dunia. Lion Air menjadi salah satu pengguna pertama Boeing generasi terbaru ini.
Produsen pesawat berbasis di Seattle, Amerika Serikat ini mengklaim, varian Boeing 737 generasi terbaru ini memiliki sejumlah keunggulan, antaralain emisi bahan bakar, kabin lebih senyap, dan desain winglet sayap baru dengan dua bagian agar lebih maksimal menghadapi turbulensi.
Meski memiliki kecanggihan teknologi, namun pesawat ini masih menyimpan masalah krusial. Pada Mei 2017, Reuters melaporkan adanya penghentian uji terbang pesawat baru 737 MAX karena masalah mesin.
Dapur pacu pesawat buatan CFM International, perusahaan patungan General Electric Co dan Safran SA ini membuat insinyur Boeing berpikir dua kali sebelum mengirim produk mereka ke tangan para konsumen.
Safran menemukan masalah pada piringan logam besar digunakan dalam turbin tekanan rendah di bagian belakang mesin. Jamie Jewell, jurubicara CFM International mengungkapkan, setelah pemberitahuan ini, Boeing terpaksa menghentikan tes terbang terhadap 21 pesawat.
Keputusan Boeing untuk menghentikan uji coba muncul beberapa hari sebelum mereka mengirimkan 737 MAX pertama ke sebuah maskapai. Pemberhentian ini menjadi sangat mengejutkan mengingat 737 MAX adalah salah satu proyek termutakhir Boeing.
Boeing dan CFM selaku pembuat mesin kala itu mengaku tidak tahu berapa lama penundaan akan berlangsung. Untungnya, belum ada satu pun maskapai yang menggunakan 737 MAX sehingga penundaan tersebut tidak menimbulkan kekhawatiran publik.
Namun, penundaan tersebut justru berdampak pada saham Boeing. Usai mengumumkan penundaan, saham Boeing turun 1,3% menjadi US$183,15 saat bursa saham New York tutup sore hari, sementara saham GE turun 0,9% menjadi US$28,67.
Jurubicara GE , Rick Kennedy mengungkapkan, GE mengganti piringan pemicu masalah. “Kami enjamin mesin sudah bebas dari masalah,” kata Jewell seperti dikutip Reuters, 2017 lalu. Bahkan, Boeing telah melakukan penggantian suku cadang dari mesin pesawat.
Penghentian uji penerbangan ini dilakukan beberapa hari sebelum pengiriman pertama 737 MAX ke sebuah maskapai. Waktu itu, belum ada penerbangan menggunakan pesawat 737 MAX. Banderol pesawat ini USD 110 juta atau setara Rp 1,6 T. Tapi, maskapai biasa mendapatkan diskon besar.
Anak perusahaan Lion Air, Malindo Air, menjadi maskapai pertama di dunia penerima Boeing generasi terbaru ini. Boeing bersikeras tetap mengirimkan pesawat seharga US$ 110 juta itu tepat waktu. Sebab, Boeing baru menerima sebagian besar pembayaran setelah pesawat sudah sampai di tangan pembeli.
Penundaan pengiriman pesawat ke pelanggan berdampak pada meningkatnya invetaris Boeing. Rob Stallard, analis di Vertical Research Partners menyebutkan kondisi ini lumrah, dia menjelaskan, “Karena pada dasarnya pesawat tengah menunggu mesin.”
Flight Global sempat melaporkan keterlambatan operasional oleh Malindo Air. Menurut rencaba, 737 Max bakal digunakan pertama kali pada penerbangan Malindo Air dari Kuala Lumpur ke Singapura pada 19 Mei 2017. Namun, pesawat itu baru terbang perdana pada 22 Mei dengan nomor penerbangan OD803.

Gas Melon ohh Gas Melon.. Langka di Kota Mentok

Penulis.  Bambang Prayudi (Calon Anggota DPRD Bangka Barat, Dapil I kecamatan Mentok) Nomor Urut 8 Dari Partai DEMOKRAT Sudah Beberapa Pekan...